Abdul Hamid Info - Salat Jumat pertama (24/07) dilaksanakan di Hagia Sophia, gedung berusia 1.500 tahun yang semula adalah katedral dengan sambutan "Allahu Akbar" (Tuhan Maha Besar) oleh masyarakat di dalam dan di luar masjid yang mengikuti ibadah pertama dalam 86 tahun terakhir.
Sekitar 1.000 orang dizinkan untuk masuk ke Hagia Sophia melalui pemeriksaan keamanan, sementara yang lainnya melakukan salat di seputar masjid.
"Muslim sangat senang, semua orang ingin hadir di pembukaan (salat Jumat pertama)," kata Gubernur Istanbul Ali Yerlikaya Kamis (23/07).
Pada 1934, di bawah kepemimpinan Presiden Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Turki modern, setelah jatuhnya Ottoman, masjid itu dijadikan museum.
Lukisan dan ornamen Kristiani ditutup tirai dengan menggunakan mekanisme khusus selama waktu salat tetapi tetap akan dipajang.
Gedung ini dibangun pada abad keenam sebagai katedral namun dijadikan masjid pada 1453 ketika Ottoman, biasa disebut juga dengan Kekhalifahan Utsmaniyah, di bawah Mehmed II atau Sultan Muhammad al-Fatih menaklukkan Konstantinopel yang kemudian berganti nama menjadi Istanbul.
Cerita mahasiswa Indonesia "sambutan Allahu Akbar, terharu dan merinding"
Dua orang mahasiswa Indonesia yang mengikuti salat Jumat di seputar Hagia Sophia adalah Darliz Aziz dan Danis Nurul.
Darliz, mahasiswa asal Aceh, yang sudah berada di seputar Hagia Sophia, beberapa jam sebelum salat dimulai, mengatakan walau matahari cukup terik, jemaah tetap bersemangat.
"Saat Presiden Erdogan mengawali dengan awal surah Al-Baqarah, masyarakat menyambut dengan Allahu Akbar (Tuhan Maha Besar), bersemangat menyambut Hagia Sophia sebagai masjid," cerita Darlis.
"Saya merasakan suasana yang guyub dari masyarakat Turki, Mereka berdatangan dari seluruh provinsi yang ada di Turki dari berbagai kota. Kebetulan, saya berjumpa dengan salah satu warga Turki yang berasal dari kota Denizli atau Pamukkale sebuah kota yang eksotis pemandangannya di Kawasan Barat Daya Turki.
"Dia mengatakan mengajak keluarganya bersama untuk merayakan pengembalian status Hagia Sophia dan mereka rela menginap selama satu malam," tambah Darlis.
Sementara itu, Danis Nurul, seorang mahasiswi, berjalan sekitar empat kilometer menuju Hagia Sophia bersama dengan ribuan warga lain yang berbondong-bondong menuju masjid agung ini.
Sekitar 1.000 orang dizinkan untuk masuk ke Hagia Sophia melalui pemeriksaan keamanan, sementara yang lainnya melakukan salat di seputar masjid.
"Muslim sangat senang, semua orang ingin hadir di pembukaan (salat Jumat pertama)," kata Gubernur Istanbul Ali Yerlikaya Kamis (23/07).
Pada 1934, di bawah kepemimpinan Presiden Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Turki modern, setelah jatuhnya Ottoman, masjid itu dijadikan museum.
Lukisan dan ornamen Kristiani ditutup tirai dengan menggunakan mekanisme khusus selama waktu salat tetapi tetap akan dipajang.
Gedung ini dibangun pada abad keenam sebagai katedral namun dijadikan masjid pada 1453 ketika Ottoman, biasa disebut juga dengan Kekhalifahan Utsmaniyah, di bawah Mehmed II atau Sultan Muhammad al-Fatih menaklukkan Konstantinopel yang kemudian berganti nama menjadi Istanbul.
Cerita mahasiswa Indonesia "sambutan Allahu Akbar, terharu dan merinding"
Dua orang mahasiswa Indonesia yang mengikuti salat Jumat di seputar Hagia Sophia adalah Darliz Aziz dan Danis Nurul.
Darliz, mahasiswa asal Aceh, yang sudah berada di seputar Hagia Sophia, beberapa jam sebelum salat dimulai, mengatakan walau matahari cukup terik, jemaah tetap bersemangat.
"Saat Presiden Erdogan mengawali dengan awal surah Al-Baqarah, masyarakat menyambut dengan Allahu Akbar (Tuhan Maha Besar), bersemangat menyambut Hagia Sophia sebagai masjid," cerita Darlis.
"Saya merasakan suasana yang guyub dari masyarakat Turki, Mereka berdatangan dari seluruh provinsi yang ada di Turki dari berbagai kota. Kebetulan, saya berjumpa dengan salah satu warga Turki yang berasal dari kota Denizli atau Pamukkale sebuah kota yang eksotis pemandangannya di Kawasan Barat Daya Turki.
"Dia mengatakan mengajak keluarganya bersama untuk merayakan pengembalian status Hagia Sophia dan mereka rela menginap selama satu malam," tambah Darlis.
Sementara itu, Danis Nurul, seorang mahasiswi, berjalan sekitar empat kilometer menuju Hagia Sophia bersama dengan ribuan warga lain yang berbondong-bondong menuju masjid agung ini.
Advertise