-->
Advertise
Advertise

Sekjen PBB: Peningkatan Islamofobia tak Dapat Ditoleransi

3 min read
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutarakan keprihatinan atas meningkatnya Islamofobia di dunia.
Abdul Hamid Info - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutarakan keprihatinan atas meningkatnya Islamofobia di dunia. Menurutnya hal itu tak dapat ditoleransi.

"Kita lihat hari ini bahwa migran atau pengungsi terkadang diserang oleh politikus populis atau pembenci agama lainnya. Ini sangat jelas bahwa kita perlu memerangi Islamofobia dengan sangat kuat," ujar Guterres saat melakukan konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Paksitan Shah Mahmood Qureshi di Islamabad pada Ahad (16/2), dilaporkan laman Anadolu Agency.

Guterres sebut ujaran kebencian adalah salah satu instrumen paling penting dari Islamofobia. PBB baru-baru ini meluncurkan inisiatif untuk melawan hal tersebut. "Kami konsisten berkomitmen dalam tindakan kami di seluruh dunia untuk memerangi Islamofobia dan bentuk kebencian lainnya, sebagai alat untuk memenangkan suara, yang sama sekali tidak dapat diterima," ucapnya.

Selain itu, dia menilai ada kebutuhan untuk menjaga harmoni di antara agama-agama. "Saya percaya bahwa kunjungan saya besok (Senin) ke koridor Kartapur akan menjadi simbol dari dialog, debat, dan toleransi," kata Guterres.

Guterres, yang sedang melakukan kunjungan selama tiga hari ke Pakistan, diagendakan mengunjungi Gurdwara Kartarpur Saheb yang terletak di Narowal, sekitar 115 kilometer dari Lahore di provinsi Punjab timur laut. Gurdwara Kartarpur Saheb adalah tempat peristirahatan terakhir Baba Guru Nanak, pendiri agama Sikh, yang meninggal pada 1539.

Pada November tahun 2019, Pakistan membuka perbatasan penting dengan India untuk para peziarah Sikh menjelang ulang tahun kelahiran Baba Guru Nanak ke-550.

Shah Mahmood Qureshi sependapat menggemakan keprihatianan Guterres perihal Islamofobia. Menurutnya, berkembangnya Islamofobia merupakan sesuatu yang sangat berbahaya. "Ini sudah terasa berdampak pada politik Eropa, karena telah terlihat bagaimana kaum kanan mengambil keuntungan dari hal tersebut," ujarnya.

Bukan kali pertama Guterres menyuarakan keprihatinan tentang Islamofobia. Tahun 2019, dia cukup vokal mengampanyekan tentang perlunya masyarakat internasional bersatu melawan kebencian anti-Muslim.

Guterres gencar melakukannya setelah terjadinya insiden penembakan dua masjid di Christchurch, Selandia Baru.Peristiwa itu cukup menggemparkan dunia internasional. Sebanyak 51 orang meninggal dalam serangan brutal tersebut. "Hari ini dan setiap hari, kita harus bersatu melawan kebencian anti-Muslim dan semua bentuk kefanatikan serta teror," ujar Guterres tak lama setelah tragedi Chirstchurch terjadi.

Baca Juga
Insiden penembakan dua masjid di Christchurch bahkan memaksa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menggelar pertemuan darurat. Selain membahas serangan tersebut, mereka turut membicarakan tentang perlunya tindakan melawan Islamofobia.

OKI meminta komunitas global turut berpartisipasi. “OKI khawatir tentang kebangkitan gerakan rasialisme dan terorisme di berbagai wilayah dunia, berdasarkan sejarah yang dikarang, membayangkan konflik, konfrontasi antarperadaban, dan niat menghasut fobia, kebencian serta permusuhan terhadap negara-negara Muslim,” kata OKI dalam deklarasi yang dirilis seusai pertemuan di Istanbul pada 23 Maret 2019.

Menurut OKI hal tersebut membahayakan harapan perdamaian dan harmoni di antara bangsa-bangsa serta komunitas-komunitas dunia di masa mendatang. Dalam deklarasi tersebut, OKI menyatakan kutukan keras atas serangan terhadap dua masjid di Christchurch.

“Menegaskan kembali posisi OKI bahwa terorisme tidak memiliki agama dan bahwa setiap tindakan teror adalah kriminal serta tidak dapat dibenarkan, terlepas dari motivasinya, di mana pun, kapan pun, dan oleh siapa pun yang melakukan,” kata OKI.

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad turut mengusung fenomena Islamofobia saat menggelar Kuala Lumpur Summit pada Desember tahun lalu. Menurutnya, usaha untuk menghadapi dan memerangi Islamofobia harus dimulai dari internal umat Islam. Dalam konteks ini, Islam telah mengajarkan umatnya untuk tidak melakukan kekerasan, apalagi tindakan teror.

Sumber:
Advertise
Advertise

Post a Comment

Abdul Hamid Info sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etis lah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.
Post a Comment
tes4 tes4 tes4 tes4
tes5 tes5 tes5 tes5 tes5
Advertise
CLOSE