Abdul Hamid Info - Suatu ketika Imam Abdullah bin Mubarok bercerita, “Saya berada di samping Imam Malik, dan beliau sedang membacakan hadits. Kemudian, tiba-tiba beliau disengat kalajengking sebanyak 16 kali. Wajah beliau berubah menjadi pucat kekuningan, namun beliau tidak memutus bacaan hadits Rasulullah SAW.
Setelah beliau selesai dari majlis pengajian dan orang-orang telah pergi, aku berkata kepadanya: ‘Wahai Abu Abdillah, sungguh pada hari ini aku melihat sesuatu yang luar biasa darimu’. Imam Malik berkata: “Ya, aku telah disengat kalajengking sebanyak 16 kali, dan aku sabar atas semua itu. Sesungguhnya diriku bersabar hanya ingin mengagungkan Rasulullah SAW (dengan tidak memutus bacaan haditsnya).“
Imam Mush’ab bin Abdullah mengisahkan, “Saat imam Malik mendengar Rasulullah SAW disebutkan, maka raut wajah beliau berubah dan tubuhnya lunglai, sampai pemandangan tersebut terasa berat bagi orang-orang yang duduk bersamanya. Maka, suatu hari hal itu ditanyakan kepada beliau, dan pun beliau menjawab: ‘Jika kalian melihat apa yang aku lihat, tentu kalian tidak akan merasa heran terhadap apa yang kalian lihat kepadaku. Sungguh, aku pernah melihat imam Muhammad bin Munkadir dan beliau adalah pemimpin para ulama, tiada kami menanyakan sebuah Hadits kepada beliau, melainkan beliau menangis sampai kami merasa kasihan kepadanya.”
Imam Muthorrif mengisahkan, bahwa ketika orang-orang mendatangi imam Malik, maka pembantu wanita beliau pergi menemui mereka seraya berkata: “imam Malik bertanya pada kalian, apakah kalian menginginkan hadits, atau ingin menanyakan masalah?’ Jika mereka ingin menanyakan masalah, maka seketika imam Malik keluar menemui mereka.
Namun jika mereka menginginkan Hadits, maka imam Malik mandi terlebih dahulu, kemudian memakai pakaiannya yang terbaru, menggunakan minyak wangi dan memakai surban serta selendang. Kemudian disediakan kursi kehormatan untuk beliau, lantas beliau keluar dan duduk di atas kursi tersebut dengan penuh kekhusyu’an.
Seperti dilansir website Pondok Pesantren Lirboyo, beliau juga menggunakan wewangian dupa, sampai beliau menyelesaikan bacaan Hadits Rasulullah Saw. beliau tidak pernah duduk di atas kursi kehormatan tersebut kecuali saat beliau menyampaikan Hadits Rasulullah Saw.
Imam Syafi’i pernah bercerita, “Aku pernah melihat beberapa kuda mewah dari kota Khurosan di depa pintu imam Malik, yang belum pernah aku lihat kuda semewah itu. Lantas aku berkata kepada imam Malik: ‘Duhai indahnya kuda-kuda itu’.
Imam Malik berkata: ‘Kuda-kuda itu adalah hadiah untukmu, wahai Abu Abdillah’. Kemudian imam Syafi’i berkata: ‘Sisakanlah untuk dirimu seekor kuda untuk engkau naiki”. Imam Malik menjawab: ‘Sungguh aku malu kepada Allah untuk menginjak tanah yang di dalamnya terdapat Rasulullah Saw. dengan menggunakan kaki hewan kendaraan”. [em]
Kisah ini diambil dari karya Imam Al-Qadli Iyadl, Asy-Syifa bi TA’rifi Huquqil Musthofa.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Advertise